Selasa, 09 April 2019

Kisah Tobatnya Tiga Perempuan Pelaku Lesbian

Tiga mantan lesbian asal Jakarta mengikuti shalawatan dan pemberian yatim di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Ahad (3/1). Mereka mengaku terketuk hatinya ketika mengikuti agenda tersebut.

Pengasuh Pondok Pesantren Buntet Cirebon KH. Ayip Abbas Abdullah yang hadir dalam kesempatan itu mengajak seluruh elemen untuk memperlakukan siapapun dengan baik. Tak terkecuali mereka yang karam di dunia hitam. "Agama ialah akhlak. Marilah sama-sama kita berusaha memanusiakan manusia. Siapapun orangnya," katanya.

Imel (nama samaran), mantan lesbi mengaku hidupnya tenang. Gelisah yang dulu selalu menerpa ketika di dunia lesbi, kini menghilang. "Jiwa saya hening sekali. Ada perasaan yang sulit digambarkan. Visual dosa saya tergambar dari kecil. Semua dosa terlihat positif sekali. Saya menyesal menjadi lesbi," tuturnya. 

Imel mengaku gres setahunan berhenti menjadi lesbian. Dalam hidupnya, ia sudah 20 tahun terkungkung dalam dunia perlesbianan. Setiap kali mengikuti shalawatan dan pemberian tak besar lengan berkuasa untuk membendung tangis. 

Kali pertama mengikuti agenda itu ketika di Jakarta setahun lalu. "Pertama ikut, jiwa saya bergejolak. Lalu berpikir dan memutuskan berhenti jadi lesbi. Sangat berat, Mas."

Segendang sepenarian. Dini mencicipi hal sama. Bedanya, Imel sebagai butchy alias buci, lesbi yang jadi pria; sedangkan Dini sebagai lesbi femme, pelaku sebagai pasangan wanitanya. 

"Susah diceritain Mas. Rasanya hati adem. Lalu begitu menyesal tercebur ke lesbi. Saya ingin kembali ke agama," ucap Dini. Ia telah meninggalkan lesbi setahunan juga usai mengikuti shalawatan dan pemberian yatim. 



Sudah Merambah Remaja Putri

Dini mewanti-wanti para perempuan semoga jangan sekali-kali tercebur ke dunia lesbi. Rasa sesalnya seumur hidup. Untuk seluruh orang tua, Dini juga mengingatkan semoga mengawasi buah hati wanitanya secara ketat. 

"Sekarang lesbi ada juga yang masih SMP. Hati-hati untuk orangtua. Virus lesbi menyebar lebih cepat dari narkoba. Bahkan lebih cepat dari api mengkremasi bensin," ungkap Dini. 

Jika sudah tercebur ke dunia lesbi; alkohol, narkoba, dan seks bebas niscaya merasakan. Lalu, kegelisahan hidup akan berlipat-lipat. Hidup tidak tenang. Hal itu diamini Imel dan satu mantan lesbi lainnya, Tika. Dini dan Tika sudah tercebur ke dunia lesbi selama 15 tahun. 

Ketiganya berhenti jadi lesbi usai mengenal shalawatan dan santunan. Sejak itu, mereka terus aktif mengikuti dalam aktivitas tersebut. Meski di Cirebon, mereka tempuh juga. 

Tika menambahkan, "Kalau dulu kami selalu gelisah, kini ketenangan hidup kami begitu luar biasa. Alhamdulillah. Dan ternyata pesta-pesta dalam lesbi cuma kamuflase rasanya. Setelah pesta menambah ketidaktenangan hidup."

"Please, jangan pernah terjebak di dunia lesbi," pinta Tika.

Load comments