Senin, 08 April 2019

Inilah Dosa Yang Sulit Diampuni Oleh Allah

Setiap keturunan Nabi Adam niscaya pernah melaksanakan kesalahan, kecuali para nabi yang memang dijaga (ma’shum) oleh Allah subhânahu wa ta’ala. Selain syirik (menyekutukan Allah), dosa selainnya terdapat potensi akan diampuni oleh Allah. Dosa syirik tidak akan pernah diampuni oleh Allah kecuali jikalau pelakunya melaksanakan pertobatan khusus. Perlu menjadi catatan, di sini hanya disampaikan “ada potensi”. Kalau saja Allah tidak mengampuni selama-lamanya, itu hak preogatif Allah sendiri. Wallahu a’lam. Hal ini diungkapkan oleh Ibnu Khuzaiman dalam kitab at-Tauhid:

وَاللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ يَشَاءُ غُفْرَانَ كُلِّ مَعْصِيَةٍ يَرْتَكِبُهَا الْمُسْلِمُ دُونَ الشِّرْكِ، وَإِنْ لَمْ يَتُبْ مِنْهَا، لِذَاكَ أَعْلَمَنَا فِي مُحْكَمِ تَنْزِيلِهِ فِي قَوْلِهِ: وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Allah  azza wa jalla terkadang berkenan mengampuni segala macam maksiat yang dilakukan oleh orang Muslim, selain syirik, meskipun orang tidak pernah bertobat dari dosanya. Oleh alasannya itu, Allah mengajari kita dalam Al-Qur’an ‘dan mengampuni selain dosa itu (syirik) kepada siapa pun yang dikehendaki (Allah)’ (QS. An-Nisa: 48).” (Muhammad bin Khuzaimah, at-Tauhid wa Itsbati Shifatir Rabb, juz 2, hal. 832)

Dosa selain syirik, meskipun berpotensi diampuni Allah, berdasarkan Sufyan ats-Tsauri, masih ada satu syarat lagi, yaitu dikala melaksanakan dosa, pelakunya tidak melaksanakan dosa tersebut dengan dibarengi hati yang sombong. 

Artinya, apabila ada orang melaksanakan dosa, semata-mata ia larut, melaksanakan dosa hanya untuk mengikuti hawa nafsunya, ia masih punya secercah impian akan diampuni Allah suatu dikala nanti. Adapun pelaku dosa sombong, tidak punya impian sekali untuk diampuni Allah.

Mengapa dosa yang dilakukan orang Muslim dengan sombong tidak akan diampuni? Karena dosa disertai sombong merupakan perbuatan Iblis. Pada dikala Allah memerintah Iblis untuk bersujud (hormat) kepada Adam, Iblis tidak sudi melakukannya karena sombong.

Dosa disertai kesombongan berarti maksiat dalam dua sisi. Secara lahiriah memang melaksanakan maksiat. Dari sudut batin, orang tersebut juga bermaksiat. Sifat sombong merupakan sifat yang hanya berhak dimiliki Allah. Tidak ada makhluk satu pun yang berhak memakai. Berbeda dari sifat ar-Rahman, Mahakasih, misalnya. Selain Allah memiliki sifat ini, insan diberi sifat kasih pula oleh Allah. 



Adapun kesalahan yang hanya dalam rangka mengikuti syahwat atau menuruti hawa nafsu saja tanpa dibarengi rasa sombong dalam hati, ibarat kesalahan Nabi Adam ketika ia makan buah khuldi yang menjadikannya dikeluarkan dari surga. Meskipun hingga dikeluarkan begitu, Nabi Adam pada jadinya diampuni oleh Allah alasannya ia hanya mengikuti keinginan, bukan dalam rangka sombong. Yang perlu menjadi catatan, dongeng Nabi Adam tersebut tidak mengatakan bahwa Nabi Adam maksiat sebagaimana kita maksiat. 

Hal ini diungkapkan oleh Sufyan ats-Tsauri, seorang pembesar tabi’in, pembesar ulama hadits. Beliau menjadi referensi sebagaimana Abu Bakar dan Umar dalam masanya.

وَعَنْ سُفْيَان الثَّوْرِيْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: كُلُّ مَعْصِيَةٍ عَنْ شَهْوَةٍ فَإِنَّهُ يُرْجَى غُفْرَانُهَا، وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ عَنْ كِبْرٍ فَاِنَّهُ لَا يُرْجَى غُفْرَانُهَا، لِاَنَّ مَعْصِيَةَ اِبْلِيْسَ كَانَ اَصْلُهَا مِنَ الْكِبْرِ، وَزِلَّةَ آدَمَ كَانَ اَصْلُهَا مِنَ الشَّهْوَةِ. 

“Dari Sufyan ats-Tsauri radliyallahu anh, ‘Setiap maksiat yang dilakukan dari unsur syahwat atau keinginan, pengampunan dari Allah layak diharapkan. Setiap maksiat yang timbul dari kesombongan, tidak sanggup diperlukan ampunannya dari Allah. Karena maksiat iblis, bertumpu atas dasar kesombongan, dan kesalahan Adam pondasinya yaitu mengikuti keinginan saja.” (Syihabuddin Ibnu Hajar al-Asqalani, Nashaihul ‘Ibad, hal. 11). 

Wallahu A'lam

Load comments