Kamis, 07 Maret 2019

Sunnahkah Mengumandangkan Adzan Dikala Shalat Sendirian?

Kita selalu mendengar adzan dikala akan melaksanakan shalat fardhu berjamaah. Memang lumrahnya, adzan dilakukan dikala akan melaksanakan shalat fardhu berjamaah. Sebagaimana disebutkan, bahwa aturan adzan yakni sunnah kifayah, sehingga dikala salah satu jamaah sudah ada yang melaksanakan adzan, maka gugurlah kesunnahan jamaah-jamaah yang lain.

Lalu, bagaimana kalau kita tidak berjamaah, alias shalat sendirian, masihkan disunnahkan untuk adzan?

Menjawab hal ini, Syekh al-Bujairami dalam Hasyiyah Bujairami ala Syarhi Minhajit Thullab menjelaskan bahwa adzan bagi orang yang melaksanakan shalat sendirian yakni sunnah kifayah. Sebagaimana shalat jamaah.

أما في حق المنفرد فهما سنة عين وحينئذ فيشكل قول المصنف ولو منفرد إلا أن يقال مراد بقوله سنة عين أنه لا يطلب من غير المنفرد أذان لصلاة المنفرد ومراد الشارح أنه إذا فعله غيره لأجل صلاته سقط عنه. ووجه إشكال قول المصنف ولو منفردا أنه يقتضي أن يكون في حقه سنة كفاية

“Adapun kalau shalat sendirian, maka adzan dan iqomah tetap dihukumi sunnah ain. Namun ketika demikian, maka perkataan mushannif (pengarang Minhajut Thullab) disangsikan kecuali dikatakan bahwa yang dimaksud hukumnya sunnah ain yakni bahwa tidak dianjurkan kepada orang lain semoga adzan untuk shalatnya orang munfarid (sendirian). Sedangkan maksud pensyarah (al-Bujairami) yakni bergotong-royong kalau ada orang lain yang adzan untuk shalat orang yang munfarid tersebut maka gugur kesunnahannya. Sedangkan citra kesangsian pendapat mushannif terkait kata “walau munfaridan” yakni sebenarnya menghendaki aturan sunnah kifayah untuk orang yang shalat sendirian.” (Lihat: Sulaiman bin Amr al-Bujairami, Hasyiyah al-Bujairami ala Syarhi Minhajit Thullab, jilid 1, hal. 167)

Hal ini juga dikuatkan oleh Imam Zakariya al-Anshari dalam al-Gharar al-Bahiyyah fi Syarhil Bahjah al-Wardiyah bahwa secara mutlak, aturan adzan yakni sunnah kifayah, baik dilakukan berjamaah maupun sendirian.



Bahkan berdasarkan as-Syirbini, kalau seorang yang shalat sendirian (munfarid) tersebut tiba ke masjid sehabis adzan di masjid tersebut sedangkan jamaah masjid tersebut belum dimulai maka tak perlu adzan. Terkecuali kalau orang yang munfarid tersebut ingin shalat sendiri dan terpisah dari jamaah.

إذا حضر منفرد بعد حصول الأذان وقبل الجماعة لا يؤذن؛ لأنه مدعو بالأذان الحاصل إلا إذا لم يرد الصلاة مع تلك الجماعة فإنه يؤذن

“Jika orang yang munfarid (shalat sendirian) tiba sehabis adzan dan sebelum jamaah, maka tak perlu adzan. Karena ia dipanggil dengan adzan yang sudah ada. Kecuali kalau ia tidak ingin shalat dengan jamaah tersebut, maka ia disunnahkan adzan.” (Lihat: as-Syirbini, Hasyiyah as-Sirbini dalam al-Gharar al-Bahiyyah fi Syarhil Bahjah al-Wardiyah, jilid 1, hal. 268)

Namun dianjurkan semoga adzan yang dikumandangkan pada dikala ada jamaah yang lain dalam suatu masjid tidak terlalu keras.

 أما إذا أذن لمنفرد في مسجد وقعت فيه جماعة فيسن خفض الصوت لئلا يتوهم السامعون دخول الصلاة الأخرى

“Adapun kalau ada seorang adzan untuk shalat sendirian di masjid yang di dalamnya terdapat orang yang sedang melaksanakan jamaah maka disunnahkan untuk merendahkan suaranya. Hal ini dilakukan semoga orang yang mendengar tidak mengira bahwa telah masuk waktu shalat yang lain.” (Lihat: Musthafa al-Khan dan Mustafa al-Bugha, Fiqih Manhaji ala Madzhabi Imam as-Syafii, hal. 115)

Wallahu A’lam

Load comments