Kamis, 07 Maret 2019

Sunnahkah Berhenti Baca Al-Qur’An Dikala Mendengar Adzan?

Menjawab adzan merupakan amalan yang sangat dianjurkan, sebagaimana hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari: dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا

“Seandainya insan mengetahui pahala yang terdapat dalam adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapat kecuali diundi, pasti mereka melakukannya.” (HR. Bukhari)

Imam al-Ghazali menyampaikan dalam kitab Bidayatul Hidayah:

فَإِذَا فَرَغْتَ مِنَ الدُّعَاءِ فَلَا تَشْتَغِلْ إِلَى وَقْتِ الْفَرْضِ إِلَّا بِفِكْرٍ أَوْ تَسْبِيْحٍ أَوْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ. فَإِذَا سَمِعْتَ الْأَذَانَ فِي أَثْنَاءِ ذَالِكَ فَاقْطَعْ مَا أَنْتَ فِيْهِ وَاشْتَغِلْ بِجَوَابِ الْمُؤَذِّنِ.

“Apabila engkau telah final membaca doa (masuk masjid), maka jangan menyibukan diri di waktu menuju shalat fardu kecuali dengan tafakkur, bertasbih, atau membaca Al-Qur’an. Apabila engkau mendengar adzan di tengah-tengah pekerjaan di atas, maka hentikanlah pekerjaanmu dan sibukan dirimu dengan menjawab muadzin (pelantun adzan).” (Imam al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, hal. 52)

Dengan klarifikasi Imam al-Ghazali, kita sanggup mengetahui kegiatan yang dianjurkan menjelang shalat fardhu. Dan kegiatan tersebut tak lain sebagai sarana untuk memusatkan pikiran kita pada Allah Ta’ala di kala waktu shalat. Karena di waktu shalat pikiran kita seringkali terbang memikirkan sesuatu di luar shalat. 

Kemudian membaca doa adzan:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِنْدَ حُضُوْرِ صَلَاتِكَ وَأَصْوَاتِ دُعَاتِكَ، وَإِدْبَارِ لَيْلِكَ، وَإقْبَالِ نَهَارِكَ: أَنْ تُؤْتِيَ مُحَمَّدًا اَلْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَالدَّرَجَةَ الرَّفِيْعَةَ وَابْعَثْهُ الْمَقَامَ الْمَحْمُوْدَ الَّذِي وَعَدْتَهُ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيْعَادَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

“Ya Allah, saya meminta kepada-Mu ketika tiba waktu shalat, tiba bunyi panggilan-Mu, ketika meninggalkan malam-Mu, dan menyambut siang-Mu: untuk memberi Nabi Muhammad wasilah, kebajikan, dan derajat yang tinggi, serta limpahkanlah kepadanya kawasan yang terpuji, yang telah Engkau janjikan. Sesungguhnya Engkau tidak mengingkari janji. Wahai Yang Maha Penyayang Yang penuh belas kasihan.” (Imam al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, hal. 53)



Kendati demikian, tentu pernah kita mengalami momen tak sempat menjawab adzan yang sedang berkumandang. Lantas bagaimana jikalau kita luput dari menjawab adzan, Imam al-Ghazali menyampaikan dalam Bidayatul Hidayah:

 فَإِذَا سَمِعْتَ الْأذَانَ وَأَنْتَ فِي الصَّلَاةِ فَتَمِّمِ الصَّلَاةَ، ثُمَّ تَدَارَكِ الْجَوَابَ بَعْدَ السَّلاَمِ عَلَى وَجْهِهِ

“Apabila engkau mendengar adzan, sedangkan engkau sedang shalat, maka selesaikanlah shalat, kemudian susulah balasan adzan sesudah salam. (Imam al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, Beirut, Dar Sader, halaman 53)

Imam al-Ghazali menjelaskan jikalau kita sedang shalat dan ketika itu pasti tidak sempat menjawab adzan, maka dianjurkan sesudah shalat eksklusif menjawab adzan yang luput darinya. Begitupun, kita sanggup menganalogikan perihal menjawab adzan ini dengan beberapa kegiatan yan memang tidak memungkinkan kita untuk menjawab adzan di ketika berkumandang, namun waktu final pekerjaan tersebut akan final dalam waktu bersahabat sesudah adzan, maka dianjurkan untuk menjawabnya.

Jika kita tak sanggup melaksanakan semuanya, maka tidak sempurna pula untuk ditinggalkan semuanya. Demikian klarifikasi perihal menjawab adzan yang tertinggal, biar kita selalu diberi taufik untuk memenuhi panggilanNya.

Wallahu A’lam

Load comments