Kamis, 07 Maret 2019

Sembilan Keistimewaan Yang Akan Diperoleh Muadzin

Adzan ialah sebuah ibadah. Tanpa kumandang adzan, masjid sepi dari jamaah. Dengan adzan, seseorang yang tak mengetahui waktu shalat, menjadi mengetahui. Seseorang yang disibukkan dengan acara tertentu, ketika mendengar adzan, menyudahi kegiatannya dan melangkahkan kaki menuju masjid untuk shalat berjamaah.

Adakah senandung lain yang semerdu kumandang adzan? Adakah senandung lain yang bisa menandingi nilai magis dan spiritual adzan? Adakah senandung lain yang bisa menghentikan kesibukan seseorang?

Dengan banyak sekali kelebihan-kelebihan adzan tersebut, tentu sangat layak jikalau orang-orang yang mengumandangkannya dijanjikan hal-hal yang begitu berharga? Bahkan Rasulullah SAW menunjukkan janji-janji yang sangat elok kepada seorang muadzin dalam beberapa haditsnya.

Berikut sembilan hadits Rasulullah yang menjelaskan keutamaan adzan dan orang yang mengumandangkannya.

Pertama, pahala orang yang mengumandangkan azan begitu besar.

Rasulullah SAW pernah menyebutkan, jikalau semua orang mengetahui besarnya pahala mengumandangkan adzan, pasti mereka akan berebut biar sanggup jatah mengumandangkan adzan meskipun dengan banyak sekali cara. Hal ini disebutkan Imam Bukhari dan Muslim dalam sebuah hadits:

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا

“Seandainya orang-orang mengetahui pahala yang terkandung pada adzan dan shaf pertama, kemudian mereka mustahil mendapatkannya kecuali dengan cara mengadakan undian atasnya, pasti mereka akan melaksanakan undian,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kedua, dijanjikan ampunan oleh Allah SWT.

Salah satu kesepakatan Allah bagi seorang muadzin ialah ia akan dimintakan ampun oleh seluruh benda yang ada di bumi.

الْمُؤَذِّنُ يُغْفَرُ لَهُ بِمَدِّ صَوْتِهِ وَيَشْهَدُ لَهُ كُلُّ رَطْبٍ وَيَابِسٍ

“Muadzin diampuni sejauh jangkauan adzannya. Seluruh benda yang berair maupun yang kering yang mendengar adzannya memohonkan ampunan untuknya,” (HR. Ahmad).

Ketiga, seluruh benda yang mendengar adzan siap menjadi saksi bagi seorang muadzin di Hari Kiamat nanti.

Hal ini diungkapkan Abu Ya'lam dalam sebuah hadits bahwa seluruh jin, manusia, batu, bahkan pohon akan menjadi saksi bagi muadzin di Hari Kiamat.

لا يَسْمَعُ صَوْتَهُ جِنٌّ وَلا إِنْسٌ وَلا حَجَرٌ وَلا شَجَرٌ إِلا شَهِدَ لَهُ

“Tidaklah adzan didengar oleh jin, manusia, watu dan pohon kecuali mereka akan bersaksi untuknya,” (HR. Abu Ya’la).

Dalam riwayat Ibnu Khuzaimah juga dijelaskan hadits yang sama.

لَا يَسْمَعُ صَوْتَهُ شَجَرٌ وَلَا مَدَرٌ وَلَا حَجَرٌ وَلا جِنٌّ وَلا إِنْسٌ إِلا شَهِدَ لَهُ

“Tidaklah bunyi adzan didengar oleh pohon, lumpur, batu, jin dan manusia, kecuali mereka akan bersaksi untuknya,” (HR. Ibnu Khuzaimah).

Keempat, Rasulullah mendoakan seluruh orang yang mengumandakan adzan.

Dalam hadits riwayat Ibnu Hibban, Rasul secara khusus meminta ampunan untuk muadzin.

فَأَرْشَدَ اللَّهُ الْأَئِمَّةَ وَ غَفَرَ لِلْمُؤَذِّيْنَ

“Semoga Allah meluruskan para imam dan mengampuni para muadzin” (HR. Ibnu Hibban).

Kelima, pahala orang yang adzan menyerupai pahala orang yang melaksanakan shalat.

Bagaimana tidak? Tanpa muadzin, orang tidak akan mengerti bahwa waktu shalat telah masuk atau belum. Saat tidak mengerti waktu shalat, ia tentu tidak akan melaksanakan shalat.

وَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ صَلَّى مَعَهُ

“Muadzin mendapat pahala menyerupai pahala orang yang shalat bersamanya,” (HR. An Nasa’i).

Muadzin


Keenam, Allah menjanjikan bahwa seorang muadzin ialah orang yang sanggup dipercaya.

الإِمَامُ ضَامِنٌ وَالْمُؤَذِّنُ مُؤْتَمَنٌ اللَّهُمَّ أَرْشِدِ الأَئِمَّةَ وَاغْفِرْ لِلْمُؤَذِّنِينَ

“Imam ialah penjamin dan muadzin ialah orang yang dipercaya. Ya Allah, luruskanlah para imam dan ampunilah muadzin,” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Ketujuh, dibanggakan Allah di depan para malaikat.


يَعْجَبُ رَبُّكُمْ مِنْ رَاعِى غَنَمٍ فِى رَأْسِ شَظِيَّةٍ بِجَبَلٍ يُؤَذِّنُ بِالصَّلاَةِ وَيُصَلِّى فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا إِلَى عَبْدِى هَذَا يُؤَذِّنُ وَيُقِيمُ الصَّلاَةَ يَخَافُ مِنِّى فَقَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِى وَأَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ

“Tuhanmu takjub kepada seorang penggembala domba di puncak bukit gunung, beliau mengumandangkan adzan untuk shalat kemudian beliau shalat. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah hamba-Ku ini, beliau mengumandangkan adzan dan beriqomah untuk shalat, beliau takut kepada-Ku. Aku telah mengampuni hamba-Ku dan memasukkannya ke dalam surga,” (HR. Abu Dawud dan An Nasa’i).

Kedelapan, muadzin tidak akan karam oleh keringat pada ketika Hari Kiamat alasannya ia dipanjangkan lehernya oleh Allah SWT.

الْمُؤَذِّنُونَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Para muadzin ialah orang yang berleher panjang pada Hari Kiamat,” (HR. Muslim).

Beberapa ulama memaknai leher panjang ini sebagai sebuah majaz. Ibnu Arabi yang menyampaikan bahwa mereka ialah orang yang paling banyak amalnya. Sedangkan Imam Qadhi Iyadh beropini bahwa yang dimaksud hadits tersebut ialah orang yang senantiasa mengumandangkan adzan akan cepat dimasukkan oleh Allah SWT ke dalam surga-Nya.

Kesembilan, muadzin dijanjikan Allah SWT akan dimasukkan ke dalam surga-Nya.

Hal ini diriwayatkan oleh Imam An-Nasai dalam sebuah hadits dari jalur Abu Hurairah:

كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ بِلَالٌ يُنَادِي فَلَمَّا سَكَتَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَالَ مِثْلَ هَذَا يَقِينًا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Kami pernah bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, kemudian Bilal bangun mengumandangkan adzan. Ketika selesai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa mengucapkan menyerupai ini dengan yakin, pasti beliau masuk surga’” (HR. An Nasa’i). 

Wallahu A‘lam

Load comments