Minggu, 03 Maret 2019

Kisah Bung Karno Minta Pedoman Kepada Mbah Wahab

Setelah beberapa kali diadakan negosiasi untuk menuntaskan Irian Barat dan selalu gagal, Bung Karno mendatangi Kiai Wahab Hasbullah di Tambakberas, Jombang, Jawa Timur.

Bung Karno menanyakan bagaimana aturan orang-orang Belanda yang masih bercokol di Irian Barat?

Kiai Wahab menjawab tegas,”Hukumnya sama dengan orang yang ghasab.”

“Apa artinya ghasab, kiai?” tanya Bung Karno

“Ghasab itu istihqaqu maalil ghair bighairi idznihi. Artinya, menguasai hak milik orang lain tanpa izin,” jelas Kiai Wahab.

“Lalu bagaimana solusi menghadapi orang yang ghasab?” ujar Bung Karno

“Adakan perdamaian,” tutur Kiai Wahab.

Lalu Bung Karno bertanya lagi,”Menurut insting Kiai, apakah kalau diadakan negosiasi tenang akan berhasil?”

“Tidak.” tegas Kiai Wahab

“Lalu, mengapa kita tidak potong kompas saja Kiai?” Bung Karno sedikit memancing.

“Tak boleh potong kompas dalam syariah,” kata Kiai Wahab.

Bung Karno bersama para kiai


Selanjutnya Bung Karno mengutus Soebandrio mengadakan negosiasi yang terakhir kali dengan Belanda untuk menuntaskan konflik Irian Barat.

Perundingan ini jadinya gagal. Kegagalan ini disampaikan Bung Karno kepada Kiai Wahab. ”Kiai, apa solusi selanjutnya menuntaskan Irian Barat?”

“Akhodzahu qohron (ambil dengan paksa!).” Kiai Wahab menjawab dengan tegas.

“Apa referensi Kiai tetapkan problem ini?” tanya Bung Karno

“Saya mengambil literatur Kitab Fath al-Qarib dan syarahnya (al-Baijuri).” jawab Kiai Wahab

Setelah itu, barulah Bung Karno membentuk barisan Trikora (Tiga Komando Rakyat).


bangkitmedia.com

Load comments