Minggu, 10 Maret 2019

Kerendahan Hati Habib Salim Bin Umar Bin Hafiz Dari Yaman

Hari ini, tanggal 1 Januari 2019, yakni hari pertama Maulana Habib Umar bin Hafiz mengajar Kimiya’ul Yaqin di masjid Maulana Sidi Syekh Sholeh Ja’fari Darrasah Kairo. Beliau gres datang dari India sore kemarin, ba’da Subuh pribadi mengajar di Kairo, waktu Dhuha ada mengajar lagi di pelataran Sidnal Imam Husein.

Pesona ia memang beda. Selain masyhur juga mempunyai haibah (charisma) yang besar juga mempunyai daya tarik yang luar biasa.

Setelah mengajar, umat menunggu bersalaman, sesak, padat, ia masuk ruang akrab Mihrab. Tidak keluar lagi. Banyak yang mengira Habib Umar sudah ke Raudhah di pelataran Sidnal Imam Husein, tapi para pecinta habib di depan masjid yang juga menunggu tidak mendapati habib lewat keluar masjid. Kami pun yang di dalam juga begitu. Kalaupun toh ia keluar, berarti lewat pintu belakang. Ternyata benar, Habib Umar sudah ke Sidnal Imam Husein. Akhirnya semua bubar, dikala di daerah program juga sudah di ujung.

Saat masih banyak yang menunggu di dalam masjid, Habib Salim, putra Mualana Al-Habib masuk ruang Al-Habib Umar kemudian keluar lagi, banyak yang minta salaman dan tabarruk (mengharap barokah) sama beliau, ia enggan dijabat-cium, sambil terus berjalan, terlihat juga ada salah satu pelajar nampak maksa memohon ijazah dari ia sambil memegangi tangan habib, sempurna di depan aku menggendong Mas Elky, sambil bilang pada banyak orang,

“Saya bukan habib. Saya bukan habib! Semua itu dari ayah saya, aku bukan habib!”

Saya mencium tangan ia kemudian meminta berkah bagi putra kami. Mas Elky dicium dan didoakan oleh Habib Salim. Lalu melanjutkan jalan.

Habib Salim bersama ayahnya, Habib Umar bin Hafidz


Pelajar tadi masih melanjutkan perjuangannya, Habib Salim bilang, “ajaztuka bittiba’ sunnati rasulillah! (Saya ijazahkan untukmu biar mengikuti sunnah Rasulullah!)”

Ucapan Gus Habib Salim tadi masih terngiang. Nampaknya ia mengikuti pemikiran bahwa tidak semua Sayyid itu Habib. Habib yakni ia, keturunan Rasulullah, yang ‘alim, ‘amil lagi sanggup memberi uswah dan qudwah hasanah. Saya teringat Maulana Habib Quraish Shihab yang enggan dipanggil Habib lantaran merasa belum pantas menyandang gelar itu. Saya teringat, nama-nama habib yang lain. Banyak sekali.

Lalu angan aku menerawang jauh. Jauh sekali. Lalu mengandai. Mengandai ihwal sayyid dan habib tadi. Begitu agung nan bening.

Penulis: Pelajar Indonesia di Kairo Mesir

bangkitmedia.com

Load comments