Senin, 18 Maret 2019

Inilah Orang Indonesia Yang Masuk Islam Pada Kala Khalifah Umar

Sekitar dua Minggu lalu, ketika sedang membuka Tarikh Thabari di potongan yang menjelaskan dampak Perang Jamal di Madinah aku menemukan keterangan begini:

“Di antara insiden di masjid itu adalah: Muhammad bin Thalhah—ia mahir ibadah—kebetulan hendak shalat di bersahabat tempat Utsman bin Hunaif berdiri. Sebagian orang Zuthth dan Sayabijah khawatir Muhammad bin Thalhah tiba untuk maksud lain..dst”

Zuthth yakni “gipsi”-nya India. Maka perhatian aku tertuju kepada kata “Sayabijah”. Biasanya, kata-kata abnormal begini menyimpan misteri (sama menyerupai aku pernah membaca perihal kelompok pedagang dari Suku Bahro’ bertamu ke Nabi saw, barangkali lain waktu saja Bahro’ ini aku ulas). Apalagi kata Sayabijah ini belum pernah aku temui di kitab tarikh sebelumnya.

Dalam kitab Lisanul Arab, Ibnu Manzhur berkata bahwa kata “Sayabijah” juga terkadang disebut dengan Sababijah (السبابجة). Kedua kata ini yakni bentuk plural dari kata Sabiji (سبيجي) dan kata Sabaj (السابج). Menurut klarifikasi Ibnu Manzhur, beberapa penyair Arab kuno sudah mengenal orang Sababijah ini. Bahkan penyair Ibnu Mufarragh dari Kabilah Himyar dalam syairnya menyebut Sababijah sebagai jagoan. Ibnu Duraid menyebut bahwa Sababijah ini berasal dari Hindi dan bekerja sebagai buruh kapal. Lebih lanjut, Al-Baladzuri menjelaskan bahwa Sababijah dulu tinggal di pesisir Arab dan Persia semenjak sebelum Islam.

Pertanyaannya: dari manakah sebetulnya Kaum Sababijah ini?

Ketika membaca ulasan Ibnu Manzhur bahwa bentuk tunggal dari Sababijah yakni Sabaj, aku pribadi menduga bahwa Sababijah ini yakni orang yang dua masa berikutnya dikenal oleh orang Arab sebagai Zabaj. Zabaj sendiri yakni sebutan orang Arab untuk Jawa atau setidaknya pesisir timur Sumatra. Kaprikornus Sabaj yakni satu dialek yang mendahului penyebutan Zabaj.

Dugaan aku ternyata terbukti. Sejarawan perihal Asia Tenggara terkemuka, Gabriel Ferrand, menulis dalam Encyclopaedia of Islam, volume empat, bahwa Sababija/Sabaj yakni nama awal bagi Zabaj (baca: Zabag dan Sabag). Kaprikornus Sababija ini yakni orang Nusantara yang sudah bermigrasi ke Timur Dekat (Arab dan sekitarnya).

Zabaj sendiri berdasarkan Prof. Gerini dalam Research of Ptolemy’s Geography berasal dari bahasa Sanskrit untuk pulau Jawa: Chavakha > Javaka > Jabaj > Zabaj. Huruf K dalam Javaka menjelma abjad J dalam Zabaj alasannya sama menyerupai kata ”jati” yang dalam bahasa Sanskrit disebut shaka dan menjadi saj dalam Bahasa Arab.

Fakta bahwa Zabaj ini yakni Nusantara dapat kita lihat, misalnya, dalam kitab Masalik wal Mamalik (Jalur dan Kerajaan) karya Ibnu Khurdadzbih ketika menjelaskan kepulauan yang terletak sesudah Serandib (Ceylon) yang menengahi India dan Cina:

“Di sini ada kawasan Zabaj yang dikuasai oleh Maharaja (المهراج). Di kerajaan ini juga ada pulau yang disebut Burthail yang sepanjang malam selalu terdengar bunyi gendang. Para pelaut menduga ada Dajjal di situ.”

Prof. Gerini beropini bahwa Pulau Burthail yang ramai dengan bunyi berisik di bersahabat Zabaj yakni kawasan Riau. Riau, ujar Gerini, berasal dari kata riuh yang berarti ramai atau berisik. Deskripsi Riau ini sangat sesuai dengan keterangan Ibnu Khurdadzbih perihal Burthail. Idrisi menambahkan bahwa Zabaj (Ranaj) ini bersahabat dengan sebuah gunung. Gunung ini dalam buku lain disebut terletak di Salahat dan bersahabat dengan Pulau Jabah. Kata Salahat ini diidentifikasi oleh para mahir sebagai selat, mungkin Selat Sumatera dan gunung itu barangkali Gunung Krakatau.

Tentang Sababija, Baladzuri menjelaskan begini dalam kitab Futuhul Buldan (Pembebasan Daerah-daerah):

“Kaum Sababijah, Zuthth, dan Andagar ini dulu termasuk tawanan dan pasukan Persia. Orang Persia menganggap mereka berasal dari Sind. Ketika mereka mendengar Kaum Oswari masuk Islam, Sababija dan Zuthth mengikuti jejak Oswari dan mendatangi Abu Musa. Oleh Abu Musa mereka ditempatkan di Basrah.”

Kejadian ini kira-kira terjadi di zaman Sayyidina Umar ra. Di Basrah mereka bekerja sebagai penjaga gerbang (jalawiza) dan sipir penjara. Sekitar tahun 50 Hijriyah, masih berdasarkan Baladzuri, oleh Khalifah Muawiyah beberapa orang Zuthth dan Sababijah ini kemudian dipindah ke Antakya, Turki.

Kitab Lisanul Arab
Kitab Futuhal Buldan


Maka Sababijah dalam kitab-kitab tarikh yang disebut telah masuk Islam semenjak zaman Umar dan menjadi penjaga Baitul Mal di masa Khalifah Ali ini yakni orang Nusantara. Ferrand menyampaikan bahwa fakta ini tidak terlalu mengejutkan, mengingat penduduk Nusantara yakni buruh kapal yang tangguh di masa itu. Bahkan beberapa di antaranya sudah mengkoloni Madagaskar sebagaimana ditulis oleh Qazwini.

Sababijah yang juga difungsikan sebagai pengusir bajak maritim di masa itu mengingatkan aku pada sumber China yang menyebut adanya Kun-lun Slave atau Devil Slave, sebagaimana termaktub dalam anotasi Prof. Hirth di bukunya, Chau Ju-Kua: His Work on The Chinese and Arab Trade. Kun-lun yakni sebutan orang China untuk wilayah kepulauan Melayu. Kun-lun Slave ini dideskripsikan sebagai budak kulit gelap yang “jika berenang mereka membuka mata.” Mirip dengan Sababijah di Basrah, Kun-lun Slave atau budak dari kepulauan Melayu di China selain ditugaskan di maritim juga ditugaskan sebagai penjaga gerbang. Sejarawan menyebut budak Kun-lun ini berasal dari Borneo. Ini semakin mengingatkan kita perihal orang Kalimantan yang ada di Madagaskar.

Baladzuri sendiri menjelaskan bahwa tempat tinggal Sababijah ketika itu di Thuf yang di masa sekarang dikenal sebagai Bahrain dan Oman. Memang kedua kawasan ini di zaman dulu populer dengan intensitas perdagangannya yang tinggi. Abul Faraj Ibnu Ja’far dalam bukunya menyebutkan bahwa Sababija sudah ditemui di Iran semenjak sebelum Islam. “Setelah Anusyirwan bin Qabadz (Raja Kekaisaran Persia) memakmurkan tiga kota besar,” tulis Ibnu Ja’far. “Ia menempatkan orang Sababija untuk menjaganya.”

Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian orang Nusantara telah masuk Islam semenjak zaman khulafa’ rasyidun di tangan Sahabat Abu Musa Al-Asy’ari. 

Wallahu A’lam

Penulis: Ahmad Baso

bangkitmedia.com

Load comments