Rabu, 20 Maret 2019

Inilah Insan Pertama Yang Menyembah Berhala

Berhala atau patung mempunyai stigma dalam Islam. Pasalnya pada masa-masa sebelum Islam datang, berhala atau patung menjadi sesembahan. Maka dari itu, pada masa Fathu Makkah, benda yang pertama kali dihancurkan ialah berhala biar tidak dijadikan lagi menjadi sesembahan.

Selanjutnya, Rasulullah saw. pun melarang umat Muslim untuk menyimpan berhala di rumahnya. Hal ini tidak lain dan tidak bukan ialah bentuk preventif Rasulullah biar berhala itu tidak dijadikan sesembahan. Sebagian ulama memaknai, kalau patung di dalam rumah tidak untuk disembah atau hanya untuk hiasan rumah saja, maka diperbolehkan (mubah).

Lalu semenjak kapan patung atau berhala menjadi sesembahan dalam sejarah Arab?

Dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari dijelaskan bahwa berhala menjadi sesembahan pertama kali ialah pada masa Nabi Nuh as. Pada masa itu, kaum Nabi Nuh telah mempunyai berhala. Bahkan berhala tersebut telah tersebar di kalangan orang Arab yang dipusatkan di setiap kaum.

“Dari Ibnu Abbas ra., gotong royong berhala-berhala yang dahulu diagungkan oleh kaum Nabi Nuh, di lalu hari tersebar di bangsa Arab. Wadd menjadi berhala untuk kaum Kalb di Daumatul Jandal. Suwa' untuk Bani Hudzail. Yaquts untuk Bani Murad dan Bani Ghuthaif di Jauf tepatnya di Saba`. Adapun Ya'uq ialah untuk Bani Hamdan. Sedangkan Nashr untuk Himyar atau keluarga Dzul Kala'. Itulah nama-nama orang shaleh dari kaum Nabi Nuh. Ketika mereka wafat, setan membisikkan kaum itu untuk mendirikan berhala pada majelis mereka dan menamakannya dengan nama orang-orang shaleh itu. Maka mereka pun melaksanakan hal itu, dan ketika itu berhala-berhala itu belum disembah sampai mereka wafat, setelah itu, setelah ilmu tiada, maka berhala-berhala itu pun disembah," (Lihat Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahihul Bukhari, juz XII, hal. 261).

Hadits ini sedikitnya telah membukakan gosip kepada kita terkait kapan berhala-berhala itu ada. Hal ini diperkuat dengan pendapat Al-Faqihi yang menyebutkan bahwa berhala pertama kali dibentuk pada masa Nabi Nuh as.



Al-Faqihi sebagaimana dikutip Imam As-Suyuthi dalam Ad-Durarul Mantsur menyebutkan bahwa pada masa itu seorang anak yang rindu kepada orang tuanya yang meninggal mulai menciptakan patung-patung yang ibarat dengan wajah orang tuanya.

Patung-patung tersebut dibentuk sebab anak dan keluarganya tidak bisa memupuk sifat sabar ketika ditinggal mati oleh ayahnya. Ketika rindu, belum dewasa tersebut memandangi patung-patung yang ibarat orang tuanya tersebut sampai keturunan itu meninggal.

Peristiwa ibarat ini berlangsung secara bebuyutan sampai anak cucunya menganggap bahwa patung-patung itu disembah sebagai Tuhan, (Lihat As-Suyuṭi, Ad-Durarul Mantsur, juz VI, hal. 269). 

Wallahu A’lam

Load comments