Kamis, 14 Februari 2019

Sebab-Sebab Sayyidina Umar Bin Khattab Masuk Islam

“Ya Allah, perkuat Islam dengan Abul Hakam bin Hisyam (Abu Jahal) atau Umar bin Khattab,” doa Rasulullah.

Semula Umar bin Khattab menentang Islam bukan lantaran ia tidak mengerti dengan aliran Nabi Muhammad saw. Ataupun lantaran fanatik dengan agama leluhurnya, menyembah berhala. Dia mempunyai pemikiran jikalau Nabi Muhammad saw. dengan aliran barunya telah menciptakan masyarakat Quraisy secara khusus dan masyarakat Makkah secara umum terpecah belah dan berkonflik.  

Ia tidak menghendaki keadaan menyerupai itu. Dia ingin biar masyarakatnya tidak pecah, bersatu, tertib, dan stabil. Untuk mengembalikan keadaan masyarakat Quraisy menyerupai sediakala, maka satu-satunya jalan yaitu dengan menghentikan dakwah Nabi Muhammad saw. dan pengikutnya. Paradigma pemikiran menyerupai itulah yang menciptakan Umar bin Khattab sangat keras menentang dan memusuhi Islam. Bahkan, beberapa kali Umar bin Khattab hingga berpikir untuk menghabisi Nabi Muhammad saw., orang yang dianggap telah memecah belah masyarakat Quraisy. 

Manusia hanya berencana, Allah-lah yang mewujudkannya. Meski semula menentang Islam, tapi kelak Umar bin Khattab akan menjadi pembela Islam yang sangat gigih dan terdepan. Ada beberapa riwayat yang menjelaskan mengenai awal mula dan alasannya yaitu Sayyidina Umar bin Khattab mendapat hidayah dan masuk Islam. 

Riwayat pertama, suatu ketika Sayyidina Umar bin Khattab pergi ke kawasan Nabi Muhammad saw. untuk membunuhnya. Di tengah jalan ia papasan dengan Nu’aim bin Abdullah. Nu’aim menyarankan Sayyidina Umar biar membatalkan rencananya itu. Ia juga meminta Sayyidina Umar untuk mengurus saudarinya, Fatimah binti Khattab, dan iparnya, Sa’id bin Zaid bin Amr, yang sudah masuk Islam, sebelum menghadapi Nabi Muhammad saw. 

Sayyidina Umar eksklusif ke rumah Fatimah untuk menciptakan perhitungan lantaran adiknya telah masuk Islam. Ketika hingga di depan rumah, ia mendengar Khabbab bin al-Arat sedang membacakan Al-Qur’an surah Thaha kepada Fatimah dan Sa’id bin Zaid bin Amr. Singkat cerita, Sayyidina Umar luluh hatinya dan terkesima dengan keindahan kata-kata Al-Qur’an yang dibacakan Khabbab. Seketika itu, ia meminta Khabbab untuk mengantarnya bertemu dengan Nabi Muhammad saw. dan menyatakan diri masuk Islam.

Riwayat kedua, pada dikala itu Sayyidina Umar hendak mencari teman-temannya untuk diajak mimum khamr. Namun, ia tidak menemukan temannya itu. Akhirnya, ia tetapkan pergi ke Ka’bah untuk thawaf. Di sana, ia mendapati Nabi Muhammad saw. tengah mengerjakan shalat. Melihat hal itu, Sayyidina Umar ingin tau dan ingin mendengar apa yang diucapkan Nabi Muhammad saw. Ia kemudian menyelinap ke dalam bilik Ka’bah, hingga jaraknya dengan Nabi Muhammad saw. hanya dibatasi kain Ka’bah.   

“Setelah aku dengar Al-Qur’an itu dibacanya, hati aku rasa tersentuh. Saya menangis; Islam sudah masuk ke dalam hati saya. Sementara aku masih tegak bangkit menunggu hingga Rasulullah simpulan shalat,” kata Sayyidina Umar, dikutip dari buku Umar bin Khattab (Muhammad Husain Haekal, 2015).

Nabi Muhammad saw. pulang ke rumahnya sehabis menuntaskan shalatnya. Sementara Sayyidina Umar membuntuti di belakangnya. Ketika sudah erat dengan rumahnya, Nabi Muhammad gres sadar jikalau sedang diikuti Sayyidina Umar. Awalnya Nabi Muhammad saw. terperangah dan menerka Sayyidina Umar akan menyakitinya. Setelah ditanya maksud dan tujuannya, Sayyidina Umar eksklusif menyatakan diri beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad saw. 

“Kemudian ia (Nabi Muhammad saw.) mengusap dada aku dan mendoakan aku biar tetap tabah,” kenang Sayyidina Umar. 



Riwayat ketiga, Sayyidina Umar mulai bersimpati dengan Islam ketika umat Islam berhijrah ke Abissinia. Memang semula ia keras menentang dakwah Islam, namun ia menjadi iba sehabis melihat kondisi umat Islam yang pergi dari kampung halaman dan meninggalkan orang-orang tercintanya, sehabis mereka disiksa dan dianiaya.  

Ketika umat Islam hendak berangkat ke Abissinia, Sayyidina Umar berpapasan dengan Umi Abdullah binti Abi Hismah. Setelah bercakap basa-basi dengan Umi Abdullah, Sayyidina Umar mendoakan biar Allah selalu menyertai rombongan yang hendak berangkat ke Abissinia itu. 

“Kemudian ia pergi, dan aku lihat ia (Sayyidina Umar) sangat murung lantaran kepergian kami ini,” dongeng Umi Abdullah

Wallahu A’lam


Load comments