Selasa, 05 Februari 2019

Menebar Hoax, Cara Kaum Musyrik Mencegah Dakwah Nabi

Semenjak Rasulullah ‘mendeklarasikan diri’ sebagai seorang Nabi dan Rasul Allah, banyak pihak yang tidak suka. Terutama kaum musyrik Makkah. Mereka lantas menolak dan menghadang segala macam dakwah Rasulullah. Alasan mereka melaksanakan hal itu pun bervariasi; mulai dari motif ekonomi, kekuasaan, kedudukan sosial, hingga iman bahwa Islam salah dan agama mereka sebelumnya paganisme benar.

Karena alasan-alasan tersebut di atas, kaum musyrik Makkah melancarkan banyak sekali macam upaya untuk membendung dan menghentikan dakwah Rasulullah. Pertama, menghina, mengolok-olok, dan menjuluki Rasulullah sebagai orang gila. Langkah ini ditempuh untuk melunturkan kehormatan Rasulullah sehingga masyarakat Makkah tidak hormat atau bersimpati lagi kepada Rasulullah. 

Penolakan terhadap dakwah Islam sudah terjadi ketika Rasulullah memberikan khutbah yang pertama kali di hadapan masyarakat Makkah. Pada ketika itu, Abu Lahab, salah seorang paman Rasulullah, bahkan menilai apa yang disampaikan  Rasulullah  itu sebagai sebuah aib. Oleh akhirnya Rasulullah harus dihentikan.

“Ayo cegah ia sebelum orang lain yang turun tangan mencegahnya,” teriak Abu Lahab dalam kitab Al-Kamil karya Ibnu Al-Atsir

Kedua, menjelekkan dan membangkitkan keragu-raguan terhadap aliran Islam. Tidak hanya menyerang personal Rasulullah, kaum musyrik juga berbagi hoax (berita bohong) kepada masyarakat Arab terhadap aliran Islam yang didakwahkan Rasulullah. Mereka menciptakan propaganda-propaganda bahwa Al-Qur’an hanyalah kebohongan yang dibentuk Rasulullah. Mereka melaksanakan itu tanpa memperlihatkan kesempatan kepada masyarakat Arab untuk menelaah sendiri aliran yang dibawa Rasulullah. 

Salah satu elit Makkah yang terpengaruhi propaganda itu ialah Sayyidina Umar bin Khattab. Sebelumnya Sayyidina Umar ialah salah seorang yang keras menentang dakwah Rasulullah. Namun hatinya luluh ketika dirinya tidak sengaja mendengar ayat-ayat Al-Qur’an yang dilantunkan oleh adik perempuannya. Akhirnya ia menjadi salah satu pembela Islam yang paling berani.



Ketiga, menyodorkan beberapa penawaran atau menyuap Rasulullah. Strategi ini pernah dilakukan Utbah bin Rabi’ah, salah satu elit musyrik Makkah. Pada ketika itu, Utbah bin Rabi’ah mendatangi Rasulullah yang ketika itu tengah berada di dalam daerah Ka’bah. Setelah basa-basi, Utbah bin Rabi’ah eksklusif memberikan beberapa penawaran kepada Rasulullah; mulai harta kekayaan, kemuliaan, kerajaan, dan obat yang paling mujarab. Kata Utbah bin Rabi’ah, Rasulullah akan mendapat itu semua bila ia mau berhenti mendakwahkan Islam.

Rasulullah tidak mengiyakan atau menolaknya. Namun sehabis itu Rasulullah meminta Utbah untuk mendengarkan perkataannya. Rasulullah lantas membacakan QS. Fushshilat. Merujuk buku Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih (M Quraish Shihab, 2018), ketika hingga ayat ke-38 Utbah meminta Rasulullah untuk menghentikan bacaannya, kemudian kemudian Rasulullah sujud kepada Allah.

Keempat, membunuh Rasulullah. Setelah kaum musyrik mengetahui Rasullullah akan melaksanakan hijrah, mereka menggelar sebuah pertemuan di Darun Nadwah, sebuah tubuh legislatif Quraish. Dalam buku Sirah Nabawiyah (Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, 2012), pertemuan yang dilangsungkan pada hari Kamis, 26 Safar tahun ke-14 kenabian itu dihadiri para wakil seluruh kabilah Quraish. Mulai dari Abu Jahal dari kabilah Bani Makhzum hingga Umayyah bin Khalaf dari Bani Jumah.

Dalam pertemuan itu, banyak sekali macam proposal muncul untuk menghentikan dakwah Rasulullah ibarat mengusir Rasulullah, memasukannya ke dalam kerangka besi hingga tewas, dan membunuhnya. Akhirnya pendapat terakhir yang disepakati, untuk menghentikan dakwah Islam maka Rasulullah harus dihabisi. Agar Bani Manaf tidak sanggup menuntut balas, mereka menunjuk seorang yang gagah perkasa dan berdarah ningrat dari setiap kabilah untuk membunuh Rasulullah. Rencana yang mereka susun dengan sangat matang itu gagal alasannya ialah Rasulullah diselamatkan oleh Allah.

Rintangan, tekanan, persekusi, iming-iming, dan bahaya pembunuhan tersebut tidak menyurutkan semangat Rasulullah untuk mendakwahkan Islam. Beliau terus mendakwahkan Islam hingga titik darahnya yang terakhir.


Load comments