Sering sekali kita mendengar pembacaan Asma’ul Husna (nama-nama indah Allah) dalam doa-doa, di antaranya doa Ismul A’dham yang masyhur. Sebagian Asma’ul Husna pun ada yang diamalkan secara khusus, dengan diwiridkan dalam jumlah tertentu sesuai ijazah yang diberikan oleh gurunya.
Namun adanya ijazah wirid maupun tidak bukan suatu persoalan untuk mengamalkannya. Karena zikir dan wirid yakni amalan yang dianjurkan Allah swt. dan Rasul-Nya.
Asma’ul Husna sendiri bahwasanya mempunyai keutamaan-keutamaan tersendiri, banyak diam-diam dan manfaat yang terkandung di dalamnya. Apalagi jikalau sudah terbiasa mengimplementasikan Asma’ul Husna dalam perilaku kesehariannya, menyerupai sifat Rahman yang artinya Maha Penyayang, maka bentuk pengimplementasiannya yakni dengan mencintai seluruh mahluk-mahluk Allah Ta’ala.
Syekh Shalih al-Ja’fari mengatakan:
“Orang yang berdoa dengan Asma’ul Husna maka telah meminta kebaikan seluruhnya, dan menciptakan pencegahan di antara dirinya dan keburukan seluruhnya. Jadi, apabila engkau menyebut ar-Rahman ar-Rahim, maka engkau telah meminta rahmat, dan jikalau engkau menyebut al-Lathif maka engkau telah meminta kelembutan, dan seterusnya.” (Muhammad bin Alwi al-Aidarus, Khawwash Asma`ul-Husna Littadawi wa Qadha’il-Hajat, Dar el-Kutub, Shan’a, Cet. Ke-3, 2011, Hal. 16)
Kesimpulannya, manfaat yang kita dapatkan dari membaca Asma’ul Husna, menyerupai dijelaskan Syekh Shalih al-Ja’fari, yakni sebagaimana Asma’ yang disebut.
Disebutkan dalam kitab Khawwash Asma’ul-Husna Littadawi wa Qadha’il-Hajat:
“Menyebut Asma’ul Husna bermanfaat bagi (urusan) dunia, agama, dan akhirat, dan zikirnya dinamakan kumpulan kebaikan-kebaikan, kunci-kunci keberkahan, dan singkapan kejelasan. Tidaklah kesulitan yang ditekuni dengan Asma’ul Husna melainkan Allah lapangkan kesulitannya, tidaklah hutang melainkan Allah tunaikan hutangnya, tidaklah kekalahan melainkan Allah akan menolongnya, tidak orang yang dizalimi melainkan Allah kembalikan kezalimannya, tidaklah orang yang sesat melainkan Allah beri petunjuk, tidaklah orang yang sakit melainkan Allah sembuhkan penyakitnya, tidaklah kegelapan hati melainkan Allah terangi hatinya dengan Asma’ul Husna. (Muhammad bin Alwi al-Aidarus, Khawwash Asma’ul-Husna Littadawi wa Qadha’il-Hajat, Dar el-Kutub, Shan’a, Cet. Ke-3 2011, Hal. 17)
Demikian keutamaan-keutamaan dari membaca Asma’ul Husna, barangkali sesudah mengamalkan muncul pertanyaan mengapa faedah tersebut belum tiba juga, misalkan.
Perlu kita ketahui bahwa tujuan utama dari zikir bahwasanya bukan keutamaan itu sendiri, melainkan Allah Ta’ala -keutamaan yakni bonus saja. Zikir merupakan menandakan hidupnya hati. Kualitas zikir juga berkaitan dengan kebiasaan si pelaku zikir. Zikirnya orang yang sudah mempunyai derajat di sisi Allah tentu berbeda dengan orang yang sehari-harinya jarang menyebut Asma’-Nya. Semoga bermanfaat.
Wallahu A’lam