Minggu, 24 Februari 2019

Kisah Wali Allah Yang Tak Pernah Menggunakan Ganjal Kaki

Bisyr yakni seorang ulama sekaligus wali Allah yang masyhur pada masanya. Murid-muridnya tiba dari tempat yang berbeda-beda. Seperti layaknya seorang guru, Bisyr-lah yang memimpin segala ritual keagamaan.

Suatu dikala ia sedang mengimami shalat berjamaah. Layaknya amaliah ulama salafusshalih, selesai shalat, Bisyr tak lantas beranjak dari pasujudannya. Ia lantas menyambungnya dengan rapalan dzikir tasbih, tahmid, takdir, dan juga tahlil yang diakhiri dengan doa, sedangkan murid-muridnya mengamini belakangan.

Ketika berniat undur diri sesudah ibadah, Bisyr terhenti langkahnya di ambalan masjid. Terompah yang tadi ia pakai berangkat jamaah, telah raib hilang entah ke mana. Ia terpekur sejenak, lalu linangan air mata membasahi kedua pipinya. 

Duhai, betapa keheranan para muridnya. Seorang guru alim nan bersahaja yang mereka cintai menangis tersedu-sedu hanya lantaran kehilangan ganjal kaki yang notabenenya kasus duniawi. Dengan terbata, salah satu dari mereka memberanikan diri bertanya pada sang guru,

"Wahai Syekh, engkau yakni seorang ulama yang populer alim nan zuhud di seantero negeri ini. Namun, gerangan apa yang menciptakan engkau menangisi ganjal kakimu yang hilang?"

Mendengar pertanyaan muridnya, Bisyr tak lantas menjawab. Ia masih saja membisu menyesali sesuatu yang sungguh berbeda dengan apa yang dilihat oleh muridnya. Sembari menghela napas ia berkata,

"Muridku, tangisanku sama sekali bukan menyesali sandalku yang hilang. Melainkan saya menyesalkan akan diriku sendiri. Ya, tahukah engkau muridku, sebenarnya saya sangat menyesal mengapa diriku membawa ganjal kaki yang menarik pandangan mata orang lain. Sehingga orang tersebut memberanikan diri maksiat kepada Allah dengan mencuri. Oh, saya begitu menyesal. Oleh sebabku, ia berani mendurhakai Allah subhanahu wa ta'ala."



Sontak seluruh muridnya pun tertunduk malu. Ternyata pandangan luaran semata telah mengaburkan sifat takzim, hormat kepada guru. Akhirnya sesudah kejadian itu, Bisyr pun tak berani lagi menggunakan ganjal kaki. Hingga di kalangan penduduknya ia pun diberi gelar al-hafi, orang yang tidak menggunakan ganjal kaki (nyeker). 

Seperti itulah adab dari salafussalih, ulama terdahulu nan alim dan rajin beribadah. Mereka begitu berakal memalingkan nafsu amarah kepada pandangan penuh pesan yang tersirat ilahiyah. Mereka tak gampang untuk murka dan menyalahkan keadaan. Sebaliknya mereka justru mensyukuri segala sesuatu yang terjadi sebagai takdir terindah utuk diambil hikmah, sari pati pelajaran kebijaksanaan.

Wallahu A’lam


Load comments