Kamis, 14 Februari 2019

Kisah Seseorang Bercocok Tanam Di Dalam Surga

Pernahkah Anda mendengar ayat Al-Qur’an atau hadits yang bercerita wacana kenikmatan-kenikmatan surga? Bagaimana citra istana-istana megah serta tenda-tenda indah di dalamnya? Bagaimana pula hamparan taman-taman asri dan sunga-sungai jernih yang mengalir di bawahnya? Pun demikian para bidadari yang telah rindu menanti pujaan hati dan akan jadi pendamping setia para penghuni.

Lalu bagaimana sanggup dikatakan, kenikmatan-kenikmatan nirwana belum pernah terdengar indera pendengaran dan belum pernah terbayang hati siapa pun? Nyatanya, berbagai ayat dan hadits yang memberi citra wacana itu.

Ingatlah, sebagian nikmat nirwana ada yang telah digambarkan oleh Allah dan Rasul-Nya biar orang-orang bertakwa kian merindukannya, sebagian lagi masih dirahasiakan hingga seorang hamba melihat sendiri sesudah memasukinya.    

Di antara nikmat nirwana yang telah digambarkan Allah dan Rasul-Nya yakni para penghuni nirwana akan selalu dimudakan, tidak akan pernah bau tanah atau renta; mereka akan selalu disehatkan, tidak pernah sakit lagi; mereka akan selalu dihidupkan, tidak akan mati lagi selamanya; mereka akan selalu diliputi kesenangan, tidak akan pernah sengsara atau mendapat kesulitan.

Tak hanya itu, sesudah masuk surga, mereka tak perlu lagi buang air besar maupun buang air kecil, tak perlu membuang ludah atau membuang ingus. Sebab, di nirwana tidak lagi ada najis dan kotoran. Namun, bukan berarti mereka tidak makan dan tidak minum. Karena banyak hadits yang menyatakan itu. Hanya saja sisa-sisa masakan yang ada dalam badan mereka akan diubah menjadi sendawa dan cucuran keringat yang mengalir dari badan mereka yang wanginya menyerupai minyak misik.

Kemudian, semua penghuni nirwana akan menikah, sebagaimana dalam hadits Muslim, “Di nirwana itu tidak ada yang membujang.” Tidak ada penyakit atau kekurangan yang menghalangi mereka menikah atau bercampur suami-istri layaknya di dunia. Sungguh Allah telah membebaskan mereka dari semua penyakit dan halangan itu.

Dalam riwayat Al-Bukhari dikatakan, setiap penghuni nirwana akan mendapat dua pasangan yang sangat cantik. Saking cantiknya, sampai-sampai sumsum betis keduanya tampak terang di balik dagingnya.

Hebatnya lagi, segala sesuatu yang diinginkan penghuni nirwana akan tersaji seketika. Apa pun berlangsung dengan instan tanpa proses. Contohnya yang terjadi pada seorang penghuni nirwana yang memohon izin kepada Allah untuk bercocok tanam.

Dalam ShahIh BukharI, (tepatnya dalam “Kitabut Tauhid, Bab Kalam al-Rabb Ma‘a Ahlil Jannah,” dan “Kitab Al-Muzara‘ah,”), sebagaimana diterima oleh Abu Hurairah, Rasulullah saw. bercerita:

“Ada seorang pria penghuni nirwana meminta izin kepada Tuhannya untuk bercocok tanam. Tuhan kemudian bertanya kepadanya, ‘Apakah engkau tidak puas dengan apa yang engkau inginkan?’ Sang pria menjawab, ‘Tentu (sangat puas), tetapi saya ingin sekali bercocok tanam.’ Setelah mendapat izin, beliau pun bergegas pergi dan menabur benih. Namun begitu benih ditabur, matanya tak sanggup mengikuti setiap fase pertumbuhan tanamannya. Mulai dari fase pertumbuhan, pembesaran, proses panen, hingga penyimpanan hasil panen yang menumpuk menyerupai gunung (berlangsung sebegitu cepat). Kemudian, Tuhan berfirman, ‘Ambillah olehmu, wahai anak Adam. Namun itu tetap saja tak mengenyangkanmu sedikit pun’.”



Itulah sekilas citra kehidupan serta kenikmatan surga. Sungguh jauh berbeda dengan kehidupan dan kenikmatan dunia, di mana segala sesuatu yang diinginkan butuh waktu dan juga proses. Seorang yang ingin memetik buah mangga yang ditanamnya –misalnya- mulai  masa tanam hingga sanggup dipanen, butuh waktu yang cukup lama.  

Lain halnya dengan kehidupan surga. Apa pun yang diinginkan penghuninya sudah disiapkan dan disajikan. Mengapa nikmat nirwana begitu besar dan jauh bedanya dengan nikmat dunia? Jawabannya, alasannya yakni perbandingan antara nikmat dunia dengan nikmat nirwana satu berbanding seratus. Perbandingan itu didasarkan pada hadits Rasulullah saw. wacana rahmat dunia dan rahmat akhirat:

“Sungguh, pada hari membuat langit dan bumi, Allah membuat seratus rahmat, dimana setiap rahmat memenuhi antara langit dan bumi. Satu rahmat darinya dibagikan Allah di tengah para makhluk. Berkat satu rahmat itu, seorang ibu sanggup berlemah-lembut kepada anaknya. Berkat rahmat itu, seluruh hewan liar dan burung-burung sanggup meneguk airnya. Berkat rahmat itu, seluruh makhluk sanggup saling berkasih sayang. Namun, pada hari Kiamat, satu rahmat itu terbatas hanya untuk orang-orang takwa, ditambah dengan sembilan puluh sembilan rahmat (yang sengaja masih disimpan) untuk mereka,” (HR. Al-Hakim).

Demikianlah tanggapan yang dijanjikan Allah bagi orang-orang yang takwa dan taat kepada-Nya. Semoga sekelumit citra di atas kian meneguhkan kita untuk selalu berada di jalan-Nya. Tak lupa, marilah kita berdoa semoga Allah mengakibatkan kita sebagai orang-orang yang beruntung mendapat nikmat yang telah dijanjikan-Nya.

Wallahu A’lam


Load comments