Rabu, 20 Februari 2019

Kisah Seorang Cowok Dihentikan Hijrah Oleh Nabi

Pada 622 M Nabi Muhammad saw. dan umat Islam diperintahkan oleh Allah untuk berhijrah (bermigrasi) ke Yatsrib -kota ini kemudian diubah namanya oleh Nabi Muhammad saw. menjadi Madinah-. Sebuah kota yang terletak 450 kilometer ke arah utara Makkah. Mereka berhijrah secara sembunyi-sembunyi dan berpencar semoga tidak diketahui kaum musyrik Quraisy. 

Perintah untuk berhijrah tersebut turun sehabis Nabi Muhammad saw. mendakwahkan Islam di Makkah selama 13 tahun. Terutama sehabis wafatnya Abu Thalib (619 M) dan Sayyidah Khadijah (620 M). Dua orang yang sebelumnya menjadi pelindung Nabi Muhammad saw. dalam mendakwahkan aliran Islam. Wafatnya dua orang tersebut menciptakan kafir Quraisy semakin terang-terangan dan berani memusuhi dakwah Islam sehingga menciptakan kondisi Nabi Muhammad saw. dan umat Islam sulit. 

Perintah untuk berhijrah ke Madinah ini tentu menjadi ‘dilema’ tersendiri Nabi Muhammad saw. dan umat Islam. Di satu sisi, mereka bangga alasannya akan terlepas dari segala macam gangguan kaum musyrik Makkah dan akan mendapat saudara gres di Madinah. Namun di sisi lain, mereka duka alasannya harus meninggalkan kampung halamannya Makkah, para kerabatnya yang belum memeluk Islam, dan harta bendanya. 

Hijrah dari Makkah ke Madinah diikuti oleh hampir seluruh umat Islam, ada beberapa umat Islam yang masih di Makkah ketika hijrah dilaksanakan menyerupai Sayyidah Zainab, putri sulung Nabi Muhammad saw. Proses hijrah ini sangat berat. Nyawa menjadi taruhannya. Para kaum musyrik Makkah terus memburu bahkan sampai Nabi Muhammad saw. dan umat Islam tengah berada dalam perjalanan menuju Madinah. Oleh alasannya itu banyak upaya dilakukan untuk mengelabui kaum musyrik Makkah. Diantaranya berangkat pada tengah malam, menghapus jejak kaki, melalui rute yang berbeda, dan lainnya. 

Di balik proses hijrah ke Madinah yang begitu menegangkan, ada cerita yang penuh hikmah. Merujuk buku Akhlak Rasul Menurut Al-Bukhari dan Muslim (Abdul Mun’im al-Hasyimi, 2018), pada dikala umat Islam hendak berhijrah semoga diperbolehkan berhijrah bersama Nabi Muhammad saw.. Setelah meminta izin menyerupai itu, perjaka itu tanpa tedeng aling-aling menyampaikan kepada Nabi Muhammad saw. kalau dirinya gres saja menciptakan orang tuanya menangis. 



Nabi Muhammad saw. tidak mengizinkan perjaka tersebut untuk berhijrah. Malah, dia menyuruh perjaka tersebut untuk kembali ke rumahnya dan menciptakan orang tuanya tertawa, sebagaimana dia menciptakan mereka menangis. 

“Kembalilah kepada orang tuamu, dan buatlah mereka ketawa sebagaimana engkau telah menciptakan mereka menangis,” kata Nabi Muhammad saw. 

Begitulah perilaku Nabi Muhammad saw. bila sudah menyangkut orang tua. Nabi Muhammad saw. tidak bersedia membaiat perjaka yang ingin berhijrah bersamanya tersebut alasannya dia tidak mendapat restu dari orang tuanya sehingga mereka menangis. Dalam beberapa hadits, Nabi Muhammad saw. menekankan bahwa berbakti kepada orang bau tanah yaitu segala-galanya. Kecuali kalau mereka menyuruh untuk bermaksiat kepada Allah, maka tidak perlu diikuti.

“Ridha Allah ada pada ridha kedua orang bau tanah dan marah Allah ada pada marah kedua orang tua,” kata  Nabi Muhammad saw. dalam sebuah hadits riwayat At-Tirmidzi.

Wallahu A’lam


Load comments