Rabu, 20 Februari 2019

Kisah Sebagian Sahabat Menuduh Kebijakan Nabi Tidak Adil

Para sobat Rasulullah yaitu insan biasa. Tidak terjaga dari melaksanakan perbuatan dosa (maksum). Terkadang mereka melaksanakan kesalahan dan kekhilafan sebagaimana umat Islam pada umumnya. Sebagian dari mereka juga pernah ada yang berprasangka jelek atau protes terhadap apa yang dilakukan Rasulullah. 

Kejadian itu tidak hanya terjadi sekali. Sebagaimana insan biasa, prasangka jelek sebagian sobat itu terjadi ketika keputusan Rasulullah dianggap tidak adil atau ‘tidak menguntungkan’ kelompok atau sukunya. Mereka lantas melayangkan nota protes kepada Rasulullah. Namun sehabis Rasulullah menjelaskan apa maksud dan tujuannya, mereka sanggup menerimanya dengan baik. Bahkan meratapi agresi protesnya.

Merujuk buku Akhlak Rasul Menurut Al-Bukhari dan Muslim (Abdul Mun’im al-Hasyimi, 2018), pada ketika perang Hunain, Rasulullah memperlihatkan unta untuk al-Aqra’ bin Habis dan Uyainah. Masing-masing 100 ekor unta. Ternyata, keputusan Rasulullah itu dianggap tidak adil bagi sebagian sahabat. Mereka bahkan menuduh Rasulullah jikalau pertolongan itu tidak dilandasi untuk mendapatkan ridha Allah. 

Usai perang, ada seorang sobat yang mendatangi Rasulullah. Dia protes sebab Rasulullah hanya memberi unta kepada al-Aqra’ bin Habis dan Uyainah. Sementara Ju’ail bin Saraqah tidak dikasih unta barang seekor pun. 

Rasulullah lantas menjelaskan mengapa ia melaksanakan itu. Kata Rasulullah, Ju’ail bin Saraqah sudah mantap dan kokoh keislamannya sehingga tidak perlu diberi harta benda. Sementara Uyainah dan al-Aqra diberi unta -masing-masing 100 ekor- biar keislaman mereka menjadi kuat. Karena mereka termasuk al-muallafah qulububum (orang yang dilunakkan hatinya), sementara Ju’ail bin Saraqah tidak.



Begitu pun sehabis perang Hawazin, Rasulullah memperlihatkan ghanimah (harta rampasan perang) hanya kepada kaum Muhajirin dan al-muallafah qulububum (mualaf), sementara kaum Anshar tidak mendapatkan bagian. Tentu saja hal ini memicu prasangka jelek dan gelombang protes dari kaum Anshar. Bahkan, Hasan bin Tsabit menciptakan syair kritikan untuk Rasulullah sebab kebijakan Rasulullah itu dianggap tidak adil, berat sebelah, dan lebih mengutamakan kaumnya sendiri.

Sa’ad bin Ubadah dari kaum Anshar kemudian menghadap Rasulullah dan memberi tahu wacana hal itu. Rasulullah lantas menyuruh Sa’ad bin Ubadah untuk mengumpulkan kaumnya di dalam satu tempat. Setelah semuanya berkumpul, Rasulullah bangun di hadapan mereka dan memberikan khutbah wacana kebijakannya itu. Mengapa kaum Muhajirin dan al-muallafah qulububum yang mendapatkan bagian, sementara kaum Anshar tidak?

“Wahai kaum Anshar, tidakkah kau merelakan sedikit harta yang sanggup saya gunakan untuk menarik suatu kaum supaya masuk Islam. (Ketahuilah) saya sangat yakin dengan keislaman kalian (sehingga tidak perlu mendapatkan kepingan itu)?” kata Rasulullah dalam khutbahnya.

“Wahai kaum Anshar tidakkah kau rela, orang-orang pulang bersama kambing dan unta sedangkan kalian pulang bersama Rasulullah?”

“Demi Dzat yang Muhammad berada di dalam kekuasaan-Nya, jikalau tidak ada (takdir untuk) hijrah, tentu saya (ingin) menjadi orang Anshar. Kalau seandainya orang-orang melewati satu jalan dan orang Anshar melewati jalan lain, tentu saya akan melewati jalan yang dilewati oleh kaum Anshar.” 

Di selesai khutbahnya, Rasulullah mendoakan biar kaum Anshar, anak-anak, dan cucu-cucunya mendapatkan kasih sayang dari Allah. Kaum Anshar menyimak dengan seksama setiap kata yang keluar dari verbal Rasulullah. Mereka membetulkan semua yang disampaikan Rasulullah. Rela atas kebijakan Rasulullah dalam pembagian ghanimah tersebut. Setelah mendengarkan khutbah Rasulullah, mereka menangis tersedu-sedu hingga air matanya membasahi jenggotnya.

Wallahu A’lam


Load comments