Kamis, 21 Februari 2019

Kisah Ratifikasi Bubuk Jahal Perihal Kejujuran Nabi

“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah satu di antara kedua lelaki ini, Abu Jahal bin Hisyam atau Umar bin Khattab,” doa Nabi Muhammad saw. untuk Abu Jahal dan Umar bin Khattab.

Abu Jahal atau Amr bin Hisyam ialah salah satu elit Quraisy yang sangat memusuhi dakwah Islam yang diemban Nabi Muhammad saw. Dia dikenal sebagai pribadi yang kejam, bengis, dan tidak segan menghabisi lawan-lawannya. Karena sikapnya yang ibarat itulah, Abu Jahal dijuluki sebagai Fir’aun pada zaman Nabi Muhammad saw. Salah satu sobat yang mencicipi tangan masbodoh Abu Jahal ialah Sumayyah. Salah satu sobat Nabi Muhammad saw. yang gugur sesudah mendapat siksaan dari Abu Jahal.

Berbagai macam cara dilakukan untuk menghentikan dakwah Islam. Mulai dari mengintimidasi umat Islam hingga mengancam Nabi Muhammad saw. secara terang-terangan. Bahkan, suatu ketika Abu Jahal pernah melarang Nabi Muhammad saw. untuk mengerjakan shalat. Namun, Rasulullah tidak gentar dengan gertakan Abu Jahal tersebut. 

Abu Jahal juga ialah orang yang menyulut terjadinya perang Badar. Pada ketika itu, pasukan kaum musyrik Quraisy ‘terbelah’. Sebagian mereka ingin terus berperang melawan umat Islam. Sebagian lain menganggap kalau perang itu tidak perlu terjadi alasannya sudah tidak ada urgensinya lagi. Semula tujuan awal mereka ialah mengamankan kafilah dagang Abu Sufyan. Karena kafilah Abu Sufyan sudah hingga Makkah dengan selamat, maka mereka menganggap kalau perang itu tidak ada urgensinya lagi.

Akan tetapi, Abu Jahal dan elit lainnya mengobarkan semangat tempur pasukan kaum muysrik Quraisy. Kata mereka, ketika ini ialah waktu yang sempurna untuk memberi pelajaran bagi kaum Muslim yang telah menginjak harga diri dan mencaci-maki yang kuasa mereka. Singkat cerita, kemudian meletuslah perang Badar yang kemudian dimenangkan oleh pasukan umat Islam. 

Meski demikian, merujuk buku Para Penentang Muhammad saw., pada awal-awal turunnya Al-Qur’an Abu Jahal kerap kali menyelinap ke rumah Nabi Muhammad saw. untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Abu Jahal mencicipi sebuah keajaiban manakala mendengarkan lantunan Al-Qur’an yang dibacakan Nabi Muhammad saw. 

Menariknya, Abu Jahal tidak sendirian ketika menyelinap ke rumah Nabi Muhammad saw. untuk mendengarkan Al-Qur'an. Ada Abu Sufyan dan al-Akhnas juga. Meski mereka tidak janjian, namun mereka kerap saling kepergok satu sama lain. Dikabarkan kalau insiden Abu Jahal menyusup rumah Nabi Muhammad saw. berlangsung selama tiga malam berturut-turut. Seolah mereka ketagihan dengan bacaan Al-Qur’an. Meski demikian, hal itu tidak hingga menciptakan Abu Jahal masuk Islam.

Sosok Abu Jahal dalam film


Abu Jahal juga pernah memperlihatkan kesaksian perihal kebenaran dan kejujuran Nabi Muhammad saw. Sebagaimana keterangan dalam buku "Rasulullah Teladan untuk Semesta Alam", al-Miswar bin Makhramah pernah bertanya kepada pamannya, Abu Jahal, perihal sosok Nabi Muhammad saw. Kata Abu Jahal, “Nabi Muhammad saw. ialah seorang yang sangat jujur, tidak pernah berbohong, sehingga beliau diberi julukan al-Amin (yang terpercaya)”. Lalu al-Miswar bertanya lagi mengapa Abu Jahal tidak mau mengikuti Nabi Muhammad saw.

“Wahai anak saudariku, kami dan Bani Hasyim saling memperebutkan kehormatan. Mereka memberi makan, kami pun memberi makan. Mereka memperlihatkan minum, kami pun memperlihatkan minum. Mereka membayar orang untuk bekerja, kami pun sama,” jawab Abu Jahal. 

“Sehingga ketika kami duduk di atas kendaraan kami (karena kami bermusuhan), kami ibarat dua ekor kuda taruhan, maka mereka berkata, ‘Di antara kami ada seorang Nabi’. Maka kapankah kami mendapat hal tersebut?” lanjutnya.

Hal yang sama juga ditanyakan al-Akhnas bin Syuraiq pada hari perang Badar. Pada waktu itu, al-Akhnas meminta Abu Jahal untuk berkomentar perihal Nabi Muhammad saw. dengan sejujur-jujurnya. Lagi-lagi, Abu Jahal menjawab kalau Nabi Muhammad saw. ialah seorang jujur dan tidak pernah berbohong satu kali pun. 

“Akan tetapi, bila Bani Qushay sudah memegang bendera, menjaga Ka’bah, memberi minum orang haji, dan mempunyai kenabian, maka apa lagi yang tersisa untuk Quraisy yang lainnya?” kata Abu Jahal. 


Sikap permusuhan dan kontradiksi yang ditunjukkan Abu Jahal bukan alasannya keyakinan kalau Nabi Muhammad saw. berdusta dan hanya mengaku-ngaku saja sebagai Nabi dan Rasul Allah. Akan tetapi, sikapnya itu lebih didasarkan kepada fanatisme golongan. Tidak rela kalau Bani Qushay menguasai segalanya.

Wallahu A’lam


Load comments