Rabu, 20 Februari 2019

Kisah Kesedihan Nabi Saat Wahyu Terlambat Turun

Menurut riwayat yang masyhur, Nabi Muhammad saw. mendapatkan wahyu yang pertama -surah al-Alaq ayat satu hingga lima- dari malaikat Jibril pada malam ke-17 Ramadhan atau bertepatan dengan 6 Agustus 610 M di Gua Hira. Setelah bencana itu, Nabi Muhammad saw. eksklusif pulang ke rumah dengan keadaan takut dan gemetaran. Beliau eksklusif meminta Sayyidah Khadijah -istrinya- untuk menyelimutinya ketika tiba di rumah. Nabi Muhammad saw. menceritakan semua pengalamannya di Gua Hira kepada sang istri. Perjumpaannya dengan seseorang pria (malaikat Jibril) yang memaksanya untuk membaca (iqra’). 

Sayyidah Khadijah berusaha untuk menenangkan dan membesarkan hati suaminya.  Kemudian Sayyidah Khadijah mengajak Nabi Muhammad saw. untuk bertemu dengan anak pamannya, Waraqah bin Naufal. Waraqah ialah seorang penganut agama Kristen yang sudah mengenal Injil dan sudah menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab. 

Setelah mendengar dongeng dari Nabi Muhammad saw., Waraqah yakin bahwa suami Sayyidah Khadijah itu ialah benar-benar seorang nabi yang diutus Allah bagi umat ini. Waraqah membeberkan jikalau lelaki yang tiba kepada Nabi Muhammad saw. di Gua Hira ialah an-Namus (Jibril), sama menyerupai yang tiba kepada Musa dulu. Waraqah juga memperingatkan jikalau nantinya Nabi Muhammad saw. akan didustakan, diganggu, diusir, dan diperangi oleh kaumnya sendiri. 

“Kalau saya mencapai masa itu, usiaku panjang, pasti saya akan membelamu (Nabi Muhammad saw.) dengan pembelaan yang kuat,” kata Waraqah. Meski demikian, di dalam hati Nabi Muhammad saw. masih ada keragu-raguan. Sayyidah Khadijah keukeuh meyakinkan suaminya bahwa yang tiba di Gua Hira itu ialah malaikat, bukan setan. 

Setelah wahyu pertama turun, malaikat Jibril tidak turun-turun lagi menemui Nabi Muhammad saw. untuk memberikan wahyu. Jadi, ada masa jeda beberapa ketika antara turunnya wahyu yang pertama dengan wahyu yang selanjutnya. Ada yang beropini terkait hal ini; ada yang beropini jikalau wahyu terhenti selama tiga tahun, dua setengah tahun, enam bulan, dan ada yang menyatakan wahyu terhenti hanya tiga hari saja. 

Sesuai dengan buku Membaca Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis-hadis Shahih (M Quraish Shihab, 2018), selama penantian itu Nabi Muhammad saw. tetap merasa takut dan bimbang, setelah bertemu dengan malaikat Jibril dan mendapatkan wahyu yang pertama. Menurut Quraish Shihab, wahyu memang pernah terhenti turun kepada Nabi Muhammad saw., namun itu tidak dalam jangka waktu yang lama. Tujuannya pun untuk menghilangkan rasa takut yang menyelimuti Nabi Muhammad saw. ketika mendapatkan wahyu pertama dan juga untuk mengakibatkan kerinduan akan hadirnya wahyu yang kedua.



Quraish Shihab ‘tidak sependapat’ dengan satu hadits riwayat Bukhari yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. sangat duka ketika wahyu terhenti sehingga membuatnya berniat untuk bunuh diri. Setidaknya ada dua alasan ‘ketidaksepakatan’ yang dikemukakan Quraish Shihab atas hadits tersebut:

Pertama, dalam riwayat hadits tersebut seakan-akan masa terhentinya wahyu usang sekali. Padahal ada riwayat yang menyebutkan jikalau wahyu terhenti hanya beberapa hari saja. 

Kedua, Imam Bukhari tidak menjelaskan siapa yang memberikan gosip dalam hadits tersebut. Sepanjang gosip itu tidak bersumber dari Nabi Muhammad saw. langsung, meskipun dari sahabat, maka informasinya masuk akal saja jikalau diragukan. Karena bagaimanapun niatan bunuh diri hanya diketahui oleh yang bersangkutan. Dan bagaimana mungkin seorang Nabi Muhammad saw. yang mempunyai kepribadian utuh dan besar lengan berkuasa hendak melaksanakan hal semacam itu?

Sementara merujuk buku Sejarah Hidup Muhammad (Muhammad Husain Haekal, 2015), pada ketika wahyu terhenti turun Nabi Muhammad saw. merasa terasing dari orang-orang. Beliau juga merasa ketakutan, sama menyerupai sebelum turunnya wahyu. Terlebih Nabi Muhammad saw. juga merasa jikalau dirinya ditinggalkan Allah sehabis dipilih-Nya. 

Begitu pun keterangan dalam buku Sirah Nabawiyah (Syekh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, 2012), pada ketika terhentinya wahyu tersebut Nabi Muhammad saw. kaget dan bingung. Bahkan termenung dalam keadaan sedih. Namun demikian, ketakutan, keraguan, kecemasan, dan kesedihan Nabi Muhammad saw. sirna manakala turun wahyu yang kedua. Terkait wahyu yang kedua, para ulama juga berbeda pendapat. Ada yang beropini jikalau wahyu kedua ialah QS. al-Mudatsir 1-5. Dan ada juga yang menyatakan jikalau wahyu kedua ialah awal surah al-Qalam. 

Wallahu A’lam


Load comments