Selasa, 26 Februari 2019

Kesaksian Gubernur Batavia Atas Karomah Habib Luar Batang

Pada suatu malam Habib Husein bin Abu Bakar Luar Batang dikejutkan oleh kedatangan seorang keturunan Tionghoa berjulukan Ne Bok Seng yang berlari padanya alasannya yaitu dikejar oleh tentara VOC. Dengan pakaian lembap kuyub ia meminta proteksi alasannya yaitu akan dikenakan eksekusi mati. Ia yaitu tawanan dari sebuah kapal dagang Tionghoa.

Keesokan harinya datanglah pasukan tentara berkuda VOC ke rumah Habib Husein untuk menangkap tawanan yang dikejarnya. Beliau tetap melindungi tawanan tersebut, sambil berkata: “Aku akan melindungi tawanan ini dan saya yaitu jaminannya.”

Rupanya ucapan tersebut sangat didengar oleh pasukan VOC. Semua menundukkan kepala dan hasilnya pergi, sedangkan tawanan Tionghoa itu sangat berterima kasih, sehingga hasilnya ia memeluk Islam.

Pada suatu hari, Habib Husein dengan ditemani oleh seorang mualaf Tionghoa Ne Bok Seng yang telah berubah nama menjadi Abdul Kadir duduk berteduh di kawasan Gambir. Disaat mereka beristirahat lewatlah seorang Sinyo (anak Belanda) dan mendekat ke Habib Husein. Dengan seketika Habib Husein menghentakan tangannya ke dada anak Belanda tersebut. Si Sinyo kaget dan berlari ke arah pembantunya.

Dengan cepat Habib Husein meminta temannya untuk menghampiri pembantu anak Belanda tersebut, untuk memberikan pesan supaya disampaikan kepada majikannya, bahwa kelak anak ini akan menjadi seorang pembesar di negeri ini.

Seiring berjalannya waktu, anak Belanda itu melanjutkan perguruan di negeri Belanda. Kemudian sehabis lulus ia dipercaya (diangkat) menjadi Gubernur Batavia.

Gubernur Batavia yang pada masa kecilnya telah diramal oleh Habib Husein bahwa kelak akan menjadi orang besar di negeri ini, ternyata memang benar adanya. Rupanya Gubernur muda itu mendapatkan wasiat dari ayahnya yang gres saja meninggal dunia. Diwasiatkan kalau memang apa yang dikatakan Habib Husein menjadi kenyataan, ia diminta supaya membalas akal dan jangan melupakan jasa Habib Husein.

Akhirnya, Gubernur Batavia menghadiahkan beberapa karung uang kepada Habib Husein. Uang itu diterimanya, tetapi dibuangnya ke laut. Demikian pula setiap pertolongan uang berikutnya, Habib Husein selalu menerimanya, tetapi juga dibuangnya ke laut. Gubernur yang memberi uang menjadi ingin tau dan hasilnya bertanya mengapa uang pemberiannya selalu dibuang ke laut. Dijawab oleh Habib Husein bahwa uang tersebut dikirimkan untuk ibunya ke Yaman.

Gubernur Batavia itu dibuatnya penasaran, hasilnya diperintahkanlah penyelam untuk mencari karung uang yang dibuang ke laut, walhasil tak satu keping uang pun diketemukan. Selanjutnya, Gubernur Batavia tetap berupaya untuk mengambarkan kebenaran kejadian ganjil tersebut, maka ia mengutus seorang tangan kanan ke negeri Yaman untuk bertemu dan menanyakan kepada ibu Habib Husein.

Sekembalinya dari Yaman, tangan kanan Gubernur tersebut melaporkan bahwa benar adanya. Ibu Habib Husein telah mendapatkan sejumlah uang yang dibuang ke bahari tersebut pada hari dan tanggal yang sama.

Gubernur Batavia sangat penuh perhatian kepada Habib Husein. Ia menanyakan apa harapan Habib Husein. Jawabnya: “Saya tidak mengharapkan apapun dari tuan.” Akan tetapi Gubernur Batavia itu sangat bijak, dihadiahkanlah sebidang tanah di kampung baru, sebagai tempat tinggal dan peristirahatan yang terakhir.

Makam Habib Luar Batang


Habib Husein telah dipanggil dalam usia muda, ketika berumur kurang lebih 30-40 tahun. Meninggal pada hari kamis tanggal 17 Ramadhan 1169 atau bertepatan tanggal 27 Juni 1756 M. sesuai dengan peraturan pada masa itu bahwa setiap orang gila harus dikuburkan di pemakaman khusus yang terletak di Tanah Abang.

Sebagaimana layaknya, mayat Habib Husein diusung dengan kurung batang (keranda). Ternyata sesampainya di pekuburan mayat Habib Husein tidak ada dalam kurung batang. Anehnya mayat Habib Husein kembali berada di tempat tinggal semula. Dalam bahasa lain mayat Habib Husein keluar dari kurung batang, pengantar mayat mencoba kembali mengusung mayat Habib Husein ke pekuburan yang dimaksud, namun demikian mayat Habib Husein tetap saja keluar dan kembali ke tempat tinggal semula.

Akhirnya, para pengantar mayat memahami dan bersepakat untuk memakamkan mayat Habib Husein di tempat yang merupakan tempat tinggalnya sendiri. Kemudian orang menyebutnya, “Kampung Baru Luar Batang” dan sekarang dikenal sebagai “Kampung Luar Batang”.

Wallahu A’lam

bangkitmedia.com

Load comments